Petaka di Dunia Perdukunan
Diposting oleh
Unknown
| Minggu, 27 Mei 2012 at 08.40
0
komentar
Labels :
Artikel
Ketik
reg, tulis nama kamu dan masalahmu kirim ke …, kami akan bantu
menyelesaikannya. Begitulah kira-kira iklan tukang ramal di televisi.
Bahkan seorang yang namanya ki gendheng pamungkas yang artinya orang
yang paling gilapun laris didatangi para penggemarnya. Ada lagi yang
namanya joko bodho, yang artinya joko bodohpun juga laris. Bahkan jika
kita mendengarkan beberapa radio sudah mulai ngetren mengadakan acara
konsultasi tentang berbagai masalah dengan seorang pembicara kiyai.
Sebenarnya jelas bahwa jika ada pengobatan atau yang lainnya memberikan
solusi dengan sesuatu yang tidak ilmiyah atau jika tidak ilmiyah, belum
ada tuntunan dari Rasulullah r itulah perdukunan.
Gejala
lari ke dukun, paranormal atau "orang pintar" kini semakin mengakar
kuat di setiap lini masyarakat. Entah berapa banyak pejabat, pengusaha,
kalangan profesional, intelektual dan rakyat biasa telah menjadi
konsumen atau pelanggan jasa perdukunan. Kondisi ini merupakan lahan
subur bagi dunia perdukunan dan paranormal. Mereka kian gencar beriklan
tentang kemampuan dan kesaktiannya yang disertai gelar atau nama yang
aneh, berbau magis dan terkadang nyeleneh. Mengapa dunia perdukunan
semakin subur? Ironisnya ini terjadi di masyarakat yang mengaku religius
dan agamis.
Maraknya Perdukunan
Maraknya perdukunan disebabkan, di antaranya:
Pertama : Lemah iman dan kurangnya pemahaman agama.
Lemah
iman yaitu kurangnya keyakinan bahwa Allah Ta’ala adalah tempat
meminta segala keperluan adalah faktor utama bagi seseorang untuk
mencari alternatif lain untuk menyelesaikan permasalahan hidup. Meminta
pertolongan kepada Allah Ta’ala dengan sabar dan shalat merupakan
solusi Islami dan tepat untuk menyelesaikan masalah. Allah Ta’ala
Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
"Hai
orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah Ta’ala)
dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah Ta’ala beserta orang-orang
yang sabar." (Al-Baqarah: 153).
Kedua : Membungkus dunia perdukunan dengan agama.
"Kami
tak melakukan apa-apa, hanya berdoa kepada Allah Ta’ala, dan atas
ridhaNyalah doa kami itu terkabul", tutur seorang paranormal di sebuah
media. Ungkapan di atas dan semisalnya adalah ucapan klise yang sering
keluar dari mulut paranormal/dukun. Mereka berlindung di balik kata
"doa" dan nama "Allah Ta’ala" untuk mengelabui orang dan meyakinkan
bahwa kemampuan yang dimilikinya itu adalah pemberian dari Allah Ta’ala
dan tidak bertentangan dengan ajaran agama. Untuk membantah syubhat
(kerancuan) ini, perhatikanlah firman Allah Ta’ala: "Iblis menjawab,
'Demi kekuasaan (izzah) Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya'."
(Shad: 82).
Iblis
makhluk yang telah nyata kekafirannya kepada Allah Ta’ala menggunakan
sifat Allah (Al-Izzah) dalam bersumpah. Maka bukan suatu hal aneh jika
mereka menggunakan nama Allah, membaca (potongan) ayat-ayat Al-Qur'an
sebagai mantera. Penggunaan simbol-simbol agama bukan ukuran kebenaran.
Bukankah iblis yang menggunakan sifat Allah Ta’ala ketika bersumpah
tidak menjadi pembenaran bahwa ia sesungguhnya tidak sesat dan
menyesatkan. Selain itu, mereka mengatakan bahwa ilmu yang diberikan
berdasar pada agama (Al-Qur'an). Tapi pada saat yang sama, mereka juga
memberikan syarat, azimat dan amalan-amalan yang tidak sesuai dengan
Al-Qur'an atau tidak diajarkan oleh Al-Qur'an.
Pergi ke Dukun/Paranormal
Allah
Ta’ala menurunkan penyakit dan menurunkan pula obatnya, ada di
antaranya yang sudah diketahui dan ada pula yang belum. Berobat yang
sesuai syari'at dibolehkan menurut kesepakatan ulama. Tidak dibolehkan
mendatangi dukun/paranormal yang mengaku mengetahui hal-hal ghaib, untuk
mengetahui penyakit yang diderita dan atau kebutuhan lainnya.
Dari
Abu Hurairah radhiAllah Ta’alau anhu, dari Nabi shallAllahu 'alaihi
wasallam, beliau bersabda: "Barangsiapa datang ke dukun, dan percaya apa
yang ia katakan, maka sesungguhnya ia telah kafir terhadap apa yang
telah diturunkan kepada Muhammad shallAllahu 'alaihi wa sallam." (HR.
Abu Daud).
Allah
Ta’ala berfirman: "(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka
dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu."
(Al-Jin: 26).
Para
dukun tidak mempunyai "kelebihan" melainkan dengan cara berbakti,
tunduk, taat dan menyembah jin. Kumkum (berendam) di pertemuan dua
sungai, tapa (meditasi) di gua-gua, puasa, menyembelih hewan dengan
kriteria tertentu adalah sebagian bentuk dari penyembahan jin.
Pengobatan alternatif, pengisian ilmu kesaktian, susuk, azimat, wafak,
pengasihan dan lainnya dalam praktiknya banyak menggunakan jin dan
setan. Setiap praktik dukun/paranormal yang menggunakan syarat, mahar,
perantara dan mantera pantas dicurigai. Lewat syarat itulah, apakah
namanya susuk atau azimat, jin masuk dengan cara yang disadari atau
tidak disadari.
Pergi
ke dukun/paranormal adalah awal dari rentetan kesusahan. Menyelesaikan
masalah dengan menambah masalah. Jin dan setan akan terus menanamkan
rasa takut, gelisah dan ketergantungan bagi para konsumen dan pengguna
jasanya, yang menyebabkan ia tak akan lepas dari pengaruhnya.
Syarat-syarat yang beraneka ragam -dari yang tidak rutin atau rutin
dikerjakan pada waktu atau tempat tertentu- itulah bukti nyata kekuasaan
jin atas konsumennya.
"Dan
bahwasanya ada beberapa orang di antara manusia meminta perlindungan
kepada jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka rahaq." (Al-Jin: 6).
Arti rahaq menurut Qatadah ialah, dosa dan menambah keberanian bagi jin pada manusia. Rahaq
juga berarti ketakutan (Abul Aliyah, Ar-Rabi', dan Zaid bin Aslam).
Ketika jin tahu manusia minta perlindungan karena takut pada mereka,
maka jin menambahkan rasa takut dan gelisah agar manusia semakin tambah
takut dan selalu minta perlindungan kepada mereka. (Ibnu Katsir,
Tafsirul Qur'anil Azhim, 4/453).
Menjauhi Dukun/Paranormal
Kandungan
arti surat Al-Falaq dan An-Nas adalah bukti bahwa jin dan setan dapat
berbuat jahat terhadap manusia. Juga mengajarkan kita untuk berlindung
dan minta pertolongan dari hal-hal tersebut hanya kepada Allah Ta’ala
semata. Tindakan prefentif dengan berdzikir, berdoa sesuai tuntutan
agama perlu dilakukan sebelum terjadi.
Takhayul,
sihir dan adu nasib memiliki lahan yang cocok untuk berkembang dan
tersebar pada lingkungan-lingkungan dan masyarakat-masyarakat yang lemah
di atas manhaj yang tidak bertujuan dan beragama dengan tidak benar.
Gelombang sihir, takhayul dan gejala-gejala sosial yang sakit dan ganjil
disebabkan oleh jauhnya manusia dari Allah Ta’ala (agamaNya), serta
keterikatan dan ambisi mereka terhadap dunia dan kenikmatan-kenikmatan
materinya.
Kembali
ke agama adalah jalan pertama dan terakhir agar terhindar dari dunia
perdukunan yang penuh kesesatan dan kebohongan. Semoga kita senantiasa
dibimbing diatas jalan-Nya, dan menjauhi hal-hal yang dilarangnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)