Resep Hidup Tenang Dunia Akhirat
Diposting oleh
Unknown
| Minggu, 27 Mei 2012 at 08.14
0
komentar
Labels :
Artikel
Ungkapan orang bahwa hidup hanya
sekali ngapain dibuat susah, sering kita dengar. Padahal kalau kita
renungkan yang benar bukanlah begitu tetapi sebaliknya. Lho, kok bisa!
Ya iya dong. Bukankah sebelum manusia hidup di dunia ini dia telah
terlebih dahulu hidup di alam rahim (kandungan)? Dan tidak percayakah
kita bahwa setelah kematian nanti kita akan mengalami hidup di alam
barzakh? Dan setelahnya nanti kita akan hidup di alam akhirat. Nah, jadi
kan hidup manusia itu tidak hanya sekali tetapi berkali-kali, mulai
kehidupan di alam ruh, di alam rahim, di dunia, di alam barzakh dan di
alam akhirat. Tetapi kalau kematian memang hanya sekali yaitu kematian
kita di dunia ini. Karena, kematian hanya sekali maka jadikan kematian
itu di jalan Alloh.
Berbicara masalah kehidupan
manusia, akan kita lihat sikap manusia berbeda-beda dalam memandang
kehidupan. Perbedaan pandangan ini menyebabkan perbedakaan sikap dan
tingkah laku manusia. Tetapi tentu dalam perbedaan tersebut ada
kesamaannya, yaitu manusia ingin mencapai kehidupan yang berbahagia.
Nah dari sini juga muncul perbedaan bagaimana hidup yang bahagia itu?
Kita
simak pendapat Hasan Al Bashri, salah seorang tabi'in yang terkenal
kezuhudannya, yang dengannya dia bisa menjalani kehidupan ini dengan
tenang, sibuk bekerja dan beramal.
Ketika Hasan Al-Bashri, ditanya tentang rahasia zuhud-nya. Ia menjawab,
"Aku
tahu rezekiku tidak akan bisa diambil orang lain. Karena itu,
hatikupun jadi tenteram. Aku tahu amalku tidak akan bisa dilakukan oleh
selainku. Karena itu, aku pun sibuk beramal. Aku tahu Allah selalu
mengawasiku. Karena itu, aku malu jika Dia melihatku di atas
kemaksiatan. Aku pun tahu kematian menungguku. Karena itu, aku
mempersiapkan bekal untuk berjumpa dengan-Nya."
Setidaknya, ada empat hal yang
dikemukakan Hasan Al-Bashri, yaitu soal rezeki, amal saleh, pengawasan
Allah, dan kematian. Jika ditelaah, ungkapan Al-Bashri tentang keempat
hal tersebut mengandung sejumlah hikmah yang patut kita camkan dan amalkan.
Rezeki
kita tidak mungkin diambil orang lain. Kalau ada harta kita yang
dicuri, berarti ia bukan rezeki kita. Rezeki adalah sesuatu yang sudah
kita makan dan gunakan. Harta yang ada di tangan kita belum tentu
merupakan rezeki kita, selama ia belum kita makan atau manfaatkan. Sikap
kita terhadap rezeki semestinya adalah ikhtiar, berdoa, bersabar, dan
menggunakan apa yang kita miliki di jalan Allah SWT. Bagi orang
bertakwa, rezeki akan datang dari arah yang tidak diduganya (QS. 65:2).
Beramal
saleh yang menjadi kewajiban kita, tidak mungkin dilakukan orang lain.
Dosa pun tidak mungkin ditanggung orang lain. Kewajiban agama kita,
seperti sholat, tidak bisa dikerjakan oleh orang lain. Harus kita
sendiri yang melakukannya. Apalagi kewajiban itu bisa dilaksanakan
sesuai dengan kemampuan kita. (QS. 7:42). Amal saleh itu satu-satunya
bekal kita dalam kehidupan di akhirat nanti.
Allah
Swt. Maha Melihat dan Maha Mendengar. Dia selalu mengawasi gerak-gerik
kita. Jika kesadaran akan pengawasan Allah itu selalu hadir pada diri
kita, mustahil kita melakukan maksiat karena merasa malu kepada-Nya.
Malu karena kita sudah menerima berbagai nikmat dan kasih-sayang-Nya.
Kematian
yang pasti datang menimpa kita. Waktunya hanya Allah yang tahu (QS.
3:185). Setelah kematian itu kita akan dibangkitkan kembali untuk
dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan kita selama hidup di dunia
ini. Allah menciptakan kehidupan dunia ini, untuk menguji siapa di
antara hamba-Nya yang paling baik amalnya (QS. Hud:7). Wallohu a’lam.*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)