Keseimbangan Hidup Seorang Muslim
Diposting oleh
Unknown
| Minggu, 27 Mei 2012 at 08.07
0
komentar
Labels :
Khutbah Jum'at
Ma’asyiral Muslimin...Jama’ah Sholat Jum’at Rahimakumullah...
Marilah
pertama-tama, kita mengucapkan syukur kepada Allah atas segala nikmat
yang telah diberikan kepada kita, nikmat Iman, nikmat Islam dan nikmat
kesehatan, sehingga kita bisa hadir untuk melaksanakan sholat Jum’at
di masjid yang dimuliakan Allah ini.
Yang
kedua, marilah kita selalu meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah
swt, yaitu dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullahu...
Allah
telah memberikan predikat kepada umat Islam sebagai umat yang
pertengahan, yaitu umat yang berada di tengah-tengah antara umat-umat
lainnya. Umat yang berada di tengah karena mampu menyeimbangkan dan
meratakan amal dalam seluruh aspek kehidupan ini. Allah swt berfirman :
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُواْ شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
“ Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang pertengahan, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” ( Qs Al Baqarah : 143 )
Umat
Islam menjadi umat yang pertengahan dan mampu menjadi saksi bagi
umat-umat yang lainnya, karena mempunyai beberapa kelebihan,
diantaranya adalah :
Pertama : seimbang antara imu dan amal.
Umat
Islam dalam hidupnya harus bisa menyeimbangkan antara ilmu dan amal.
Tidak boleh - umpamanya - hanya menekankan pada ilmu saja, tanpa
diimbangi dengan amal perbuatan yang nyata dalam kehidupan ini.
Sifat seperti ini adalah sifat yang dimurkai oleh Allah swt, sebagaimana firman-Nya :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ كَبُرَ
مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
“
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang
tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. “ ( Qs Ash Shof : 2-3 )
Mengatakan sesuatu yang tidak dikerjakan, artinya seseorang hanya berkutat pada teori belaka dan berjalan di atas konsep yang kosong. Dia menjadikan ajaran Islam hanya sebagai islamologi, ilmu pengetahuan tentang Islam yang hanya dibicarakan, didiskusikan dan diseminarkan tanpa ada prkteknya dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan ironisnya lagi, amalan sehari-harinya justru bertentangan dengan ajaran Islam yang biasa ia bicarakan di berbagai tempat.
Ini
adalah sifat orang-orang Yahudi, dimana mereka dikarunia oleh Allah
ilmu yang sangat banyak, tetapi perbuatan mereka tidak mencerminkan
ilmu yang mereka miliki, bahkan justru ilmu karunia Allah tersebut,
mereka gunakan untuk membuat kerusakan di muka bumi ini dengan menipu
dan membodohi orang lain demi kepentingan dunia mereka. Orang-orang
Yahudi inilah yang dimurkai Allah di banyak tempat dalam Al Qur’an.
Di
sisi lain, umat Islam juga tidak boleh hanya menekankan amal ibadah
saja, tanpa diimbangi dengan ilmu yang cukup. Sebelum beramal harus
diketahui dulu teori dan ilmunya, sehingga diharapkan amal yang
dilakukan tersebut benar dan tidak menyeleweng, sehingga dia akan
berjalan pada jalan yang lurus dan benar yang akan mengantarkannya pada
tujuan. Beramal tanpa disertai ilmu yang cukup akan menyebabkan
seseorang tersesat di jalan, sehingga tujuannyapun tidak akan tercapai.
Inilah yang dilakukan oleh orang-orang Nashrani yang bersemangat di
dalam beribadah, tetapi malas menuntu ilmu sehingga dicap oleh Allah
semoga umat yang sesat.
Allah swt telah menggambarkan ketiga umat ini dengan cirri-cirinya masing-masing di dalam surat Al Fatihah :
اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus,
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat. “ ( Qs Al Fatihah : 6-7 )
Jalan
yang lurus adalah jalannya umat Islam, yaitu umat yang menggabungkan
antara ilmu dan amal secara bersamaan. Sedang jalan orang-orang yang
dimurkai oleh Allah adalah jalannya umat Yahudi yang hanya menekankan
keilmuan tapi kosong dari pengamalan. Sedang jalan orang-orang yang
sesat adalah jalannya umat Nashara yang hanya semangat di dalam
beribadah, tapi tidak punya bekal ilmu yang cukup.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah....
Kedua : Seimbang antara rasa takut dan harapan.
Seorang
muslim di dalam hidupnya tidak boleh selalu diliputi rasa takut
terhadap dosa-dosa yang selama ini dikerjakannya secara berlebihan,
sehingga menimbulkan rasa putus asa terhadap rahmat dan ampunan dari
Allah swt. Sebaliknya pula, dia juga tidak boleh berlebihan di dalam
mengharap rahmat dan ampunan Allah sehingga meremahkan dosa-dosa yang
selama ini dia kerjakan, bahkan menganggap enteng dosa besar dengan
dalih bahwa Allah Maha Pengampun.
Seorang
muslim yang baik adalah yang menggabungkan antara kedua hal di atas,
yaitu menggabungkan antara rasa takut terhadap siksaan Allah karena
dosa-dosanya dan dalam waktu yang sama, dia sangat mengharap rahmat dan
ampunan dari-Nya. Dua hal ini merupakan dua sayap orang muslim yang
baik, sehingga dengan keduanya dia mampu terbang ke angkasa dengan
bebas dan penuh percaya diri. Jika salah satu dari kedua sayap itu
tidak ada, maka secara otomatis dia akan terjatuh di jurang kehancuran
di dunia dan di akherat kelak.
Allah swt telah menggambarkan dengan indah kedua hal tersebut yangterdapat dalam diri seorang muslim yang baik.
أُولَـئِكَ
الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ
أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ
رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
“
Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada
Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan
mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” ( Qs Al Isra’ : 57 )
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…
Ketiga :
Seimbang di dalam menjalankan ajaran agama, sehingga tidak bersikap
berlebihan ( Ifrath ) dan juga tidak bersikap meremehkan ( Tafrith ).
Seorang
muslim di dalam hidupnya tidak boleh terlalu berlebih-lebihan dalam
menjalankan ajaran Islam, yaitu melampaui batas dari apa yang telah
ditetapkan oleh Allah dan rasul-Nya. Tidak boleh – umpamnya – dia
berlebih-lebihan di dalam melaksanakan sholat tahajud sehingga tidak
ada waktu tidur sama sekali, akhirnya pagi hari dia dalam keadaan lemah
dan kusut, serta tidak semangat menjalani kehidupan sehari-hari karena
belum istirahat semalam penuh. Begitu juga seorang muslim tidak boleh –
umpamanya- melakukan puasa ngebleng ( puasa tiap hari ) tanpa berbuka
sedikitpun, atau membujang selamanya, tidak mau menikah dengan seorang
perempuan dengan dalih bahwa menikah itu akan melalaikan ibadahnya.
Itu
semua adalah bentuk-bentuk berlebihan di dalam menjalankan ajaran
agama yang dilarang di dalam Islam. Islam mengajarkan kepada umatnya
untuk selama seimbang di dalam ibadah dan amalannya. Dalam suatu hadist
yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra, bahwasanya ia berkata :
جَاءَ
ثَلَاثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا أُخْبِرُوا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا
فَقَالُوا وَأَيْنَ نَحْنُ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ
قَالَ أَحَدُهُمْ أَمَّا أَنَا فَإِنِّي أُصَلِّي اللَّيْلَ أَبَدًا
وَقَالَ آخَرُ أَنَا أَصُومُ الدَّهْرَ وَلَا أُفْطِرُ وَقَالَ آخَرُ
أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلَا أَتَزَوَّجُ أَبَدًا فَجَاءَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِمْ فَقَالَ أَنْتُمْ
الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ
لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ وَأُصَلِّي
وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي
فَلَيْسَ مِنِّي
Ada tiga
orang mendatangi rumah isteri-isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
dan bertanya tentang ibadah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Dan
setelah diberitakan kepada mereka, sepertinya mereka merasa hal itu
masih sedikit bagi mereka. Mereka berkata, "Ibadah kita tak ada
apa-apanya dibanding Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bukankah
beliau sudah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan juga yang akan
datang?" Salah seorang dari mereka berkata, "Sungguh, aku akan shalat
malam selama-lamanya." Kemudian yang lain berkata, "Kalau aku, maka
sungguh, aku akan berpuasa Dahr (setahun penuh) dan aku tidak akan
berbuka." Dan yang lain lagi berkata, "Aku akan menjauhi wanita dan
tidak akan menikah selama-lamanya." Kemudian datanglah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam kepada mereka seraya bertanya: "Kalian
berkata begini dan begitu. Ada pun aku, demi Allah, adalah orang yang
paling takut kepada Allah di antara kalian, dan juga paling bertakwa.
Aku berpuasa dan juga berbuka, aku shalat dan juga tidur serta menikahi
wanita. Barangsiapa yang benci sunnahku, maka bukanlah dari
golonganku." ( HR Bukhari, no : 4675 )
Dalam hadist Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda :
إِنََّّ
الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ
فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ
وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ
"Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidaklah seseorang ( mempersulit diri ( berlebih-lebihan)
di dalam mengamalkan agama ini, kecuali dia akan dikalahkan (semakin
berat dan sulit). Maka berlakulah lurus kalian, mendekatlah (kepada
yang benar) dan berilah kabar gembira dan minta tolonglah dengan Al
Ghadwah (berangkat di awal pagi) dan ar-ruhah (berangkat setelah
zhuhur) dan sesuatu dari ad-duljah ((berangkat di waktu malam) ".( HR Bukhari, no : 38 )
Allah
swt juga melarang umat-umat terdahulu untuk tidak berlebihan di dalam
mengamalkan agama, sebagaiman larangan Allah kepada ahlul kitab di
dalam firman-Nya :
قُلْ
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لاَ تَغْلُواْ فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ
وَلاَ تَتَّبِعُواْ أَهْوَاء قَوْمٍ قَدْ ضَلُّواْ مِن قَبْلُ
وَأَضَلُّواْ كَثِيرًا وَضَلُّواْ عَن سَوَاء السَّبِيلِ
“
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan
(melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya
(sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan
(manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus." ( Qs Al Maidah : 77 )
Disamping
larangan untuk berlebih-lebihan di dalam melaksanakan ajaran agama
Islam ini, seorang muslim dituntut juga untuk tidak meremahkan dan
bermalas-malas di dalamnya. Jadi harus seimbang dan bersikap wajar.
بارك الله لكم في القرآن الكريم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات و الذكر الحكيم فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم .
Khutbah Kedua :
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…
Pada
kesempatan khutbah kedua ini, saya ingin melengkapi apa yang sudah
saya sampaikan pada khutbah pertama tentang bentuk-bentuk kesimbangan
di dalam hidup seorang muslim.
Keempat : Kesimbangan Antara urusan Dunia dan Akherat.
Seorang
muslim yang baik, dituntut untuk memikirkan dan mempersiapkan diri
untuk mencari bekal yang akan dibawanya ke alam akherat kelak, dan di
waktu yang sama dia tidak boleh melupakan keberadaannya di dunia yang
dia jalani ini. Dalam hal ini Allah swt berfirman :
وَابْتَغِ
فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ
الدُّنْيَا وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ
الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan” .( Qs Al Qashash : 77 )
Ayat
di atas memberikan isyarat kepada kita tentang konsep keseimbangan
dalam hidup seorang muslim. Diantaranya adalah memadukan antara
kepentingan dunia dan akherat sekaligus. Oleh karenanya, tidak boleh
seorang muslim hanya mementingkan kehidupan akherat saja, tanpa pernah
memikirkan kehidupan dunianya.
Sangat
tidak dibenarkan apa yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin yang
aktivitasnya hanya duduk-duduk di pojok-pojok masjid bermunajat kepada
Allah, berdzikir, berdo’a kepada Allah tapi pada saat yang sama mereka
tidak bekerja mencari nafkah untuk istri dan anaknya, tidak bergaul
dengan masyarakat serta menjauhi kehidupan dunia yang kita
diperintahkan untuk memakmurkannya. Bahkan ironis lagi, mereka
bergantung kepada belas kasih orang lain di dalam mempetahankan hidup
mereka padahal mereka mampu bekerja.
Di
sisi lain, kita dapatkan sebagian kaum muslimin yang lain disibukkan
dengan mengumpulkan perhiasan dunia dan mengumbar hawa nafsunya dengan
kenikmatan-kenikmatan dunia yang semu. Mereka menghabiskan waktu mereka
untuk memburu harta, tanpa ada sisa waktu sedikitpun untuk memperbaiki
agama dan kehidupan akherat mereka, bahkan tidak waktu untuk istri dan
anak-anak mereka.
Sikap yang
paling tepat adalah memadukan antara kepentingan dunia dan akherat
sekaligus, mencari dunia tanpa megorbankan akherat dan memperhatikan
akherat tanpa mengabaikan kehidupan dunia.
Rasulullah
saw pernah mengajarkan kepada kita do’a untuk kepentingan dunia dan
akherat. Dalam hadist Abu Hurairah ra, bahwasanya ia berkata :
كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُمَّ
أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي
دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي
فِيهَا مَعَادِي وَاجْعَلْ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ
وَاجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ
"Rasulullah saw pernah berdoa sebagai berikut: "Ya Allah ya Tuhanku, perbaikilah bagiku agamaku sebagai benteng urusanku; perbaikilah bagiku duniaku
yang menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah bagiku akhiratku yang
menjadi tempat kembaliku! Jadikanlah ya Allah kehidupan ini mempunyai
nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematianku
sebagai kebebasanku dari segala kejahatan!" ( HR Muslim, no : 4897 )
Mudah-mudahan yang sedikit bermanfaat bagi kita semua, amien yang rabbal ‘alamin.
أ
للَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْراَهِيْمَ ، ٌ وَبَارِكْ عَلىَ
مُحَمَّدٍ وَعلَىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ في العالمين إِنَّكَ حَمِيْد ٌمَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ
قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَات
اَللَّهُمَّ
أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ
لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا
الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى
كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ
Langganan:
Posting Komentar (Atom)